Pendakian Gunung Prau 2.565 mdpl Via Patak Banteng (Feature Perjalanan)



Eksplor Gunung Prau Via Patak Banteng
(We are story)

Puncak Prau

Hallo readers ...
Pada kesempatan kali ini, saya memilih konten yang akan saya bagikan ke kalian mengenai pengalaman saya liburan ke Gunung Prau via Patak Banteng. Untuk pendakian kali ini, saya pergi dengan 3 orang teman saya, yaitu Abil, Dina, dan Lulu (foto : diurutkan dari nomor dua sebelah kiri). Untuk perjalanan kali ini, bisa dibilang kami termasuk nekat. Karena 2 diantara kami bisa dibilang masih newbie. 

Liburan kali ini adalah, liburan saya dan teman - teman saya yang tidak direncanakan dari jauh - jauh hari. Awalnya pada tanggal 11 Juni 2019 Dina ngajak saya melalui whatsapp untuk mendaki gunung. Saat itu pula, saya menyetujui ajakannya. Kami berdua sepakat untuk naik Gunung Prau. Setelah itu, saya mengajak teman - teman saya yang lain untuk ikut bersama saya. Hanya Abil dan Lulu yang menyetujui ajakan saya. 

Skip hari H ...

Yogyakarta, 14 Juni 2019 adalah hari di mana kami akan melakukan pendakian ke Gunung Prau. Karena teman - teman yang lain tidak bisa ikut karena sudah memiliki acara masing - masing. Kami berangkat dengan jumlah pasukan hanya 4 orang. Tetapi yang berangkat dari Jogja hanya 3 orang, yang 1 lainnya berangkat dari Banjarnegara. Kami menggunakan motor untuk menuju ke Basecamp Patak Banteng. Kami berangkat dari Jogja pukul 10.00 pagi. Jarak yang kami tempuh adalah 3 jam, tanpa istirahat. Dengan rute yang kami lewati adalah :

Yogyakarta → Muntilan → Magelang → Secang → Temanggung → Parakan → Dieng → Basecamp

Kami mengikuti jalur yang tertera pada GPS. Dan kami pun sampai pada pukul 13.00 di Basecamp Patak Banteng. Saat itu, kondisi atau suasana di basecamp cukup ramai. Dan ruangan yang biasa untuk beristirahat pun penuh dengan para pendaki lain, jadi kami memutuskan untuk menunggu teman kami sembari makan siang di salah satu warung yang berada di sana. Kami menunggu cukup lama, yang pada akhirnya teman kami sampai pada pukul 14.30. Dina bergegas ke loket registrasi untuk melakukan pembayaran serta pedataan anggota. Lalu, sebelum naik kami sholat terlebih dahulu, karena jam menunujukkan mendekati waktu ashar. 

Skip pendakian ...

Nahh cerita sesungguhnya akan di mulai ...
Sebelum kami mendaki, seperti biasa kami berdoa terlebih dahulu. Lalu kami mulai jalan menuju track yang telah ditunjukkan. Track pertama yang harus kami lewati adalah berupa anak tangga dan dilanjutkan dengan track yang berupa tanah. Di mana jika melalui jalur ini, di samping kanan kiri, akan terlihat kebun sayur warga sekitar. Pada saat melalui track tanah tersebut, problem pertama kami muncul, yaitu teman kami Dina mengeluh kakinya sakit, khususnya bagian dengkul, sehingga dia berniat untuk tidak melanjutkan perjalanan. Saat ditanya oleh saya, ternyata sehari sebelum kami mendaki, dia jatuh yang menyebabkan dengkulnya memar membiru. Pada saat itu, saya berpikir bahwa jika saya tinggalkan, saya tidak akan tega. Jadi setelah berdiskusi panjang, Dina mengambil keputusan untuk tetap ikut tetapi bertukar carier yang dia bawa dengan carier yang dibawa Lulu. Karena, carier yang dibawa Lulu lebih ringan dari tempat Dina, keputusan ini dibuat untuk mengurangi beban atau tumpuan saat melakukan pendakian. Setelah beberapa meter melalui track berupa tanah, dilanjutkan dengan track yang bisa dibilang aspal, nanti dari ujung track tersebut kalian bisa memilih lanjut dengan jalan kaki sampai pos 1, atau kalian bisa naik ojek sampai pos 1. Tapi, saya dan teman - teman saya memilih tetap berjalan. Karena menurut saya jarak track aspal tersebut tidak jauh, hanya menanjak (ya namanya gunung pasti nanjak haha). Setelah kami sampai pos 1 kami memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Setelah beberapa menit kami beristirahat, kami lanjutkan dengan perjalanan menuju pos 2. Di mana jalur atau track dari pos 1 ke pos 2 masih dibilang tidak terlalu berat, ada beberapa bagian track tanah yang dibuat tangga, dan ada beberapa bagian yang alami, tidak dibentuk tangga.

Track dari Pos 1 Menuju Pos 2

Seperti pada foto tersebut, track dari pos 1 menuju ke pos 2. Sepanjang perjalanan kami menemukan atau menjumpai warung yang berada di sisi kanan dan kiri yang menyediakan tempat istirahat, makanan, dan minum bagi para pendaki, tentunya bayar ya. Warung - warung tersebut, akan sering dijumpai sampai ujung pos 2. Setelah itu, kalian tidak akan menjumpai warung lagi.

Pos 3. Jalur atau track ini menurut saya adalah track yang paling berat. Karena saya sendiri butuh tenaga banyak untuk melewati track tersebut. Saat itu, waktu sudah mulai sore sekitar pukul 5 sore. Awal kami mendaki, kami mengestimasi waktu akan sampai sebelum malam, tetapi ditenah tengah pos 3 malam pun datang. Problem 2 muncul di jalur dari pos 3 menuju pos plawangan. Saat itu, formasi jalan yang kita buat adalah Lulu paling depan, lalu di urutan kedua ada Dina, setelah itu Abil, setelah itu saya paling akhir. Saat itu, saya tidak tahu bahwa track yang akan saya lewati ini benar benar terjal. Pada pertengahan jalan menuju pos plawangan Lulu dan Abil sudah tidak terlihat, karena mereka begitu cepat, sedangkan saya dan Abil masih tertinggal dibelakang. Karena Abil yang merasa dirinya sedikit - sedikit harus istirahat, karena itu saya selalu mendampingi dan memberi support kepada Abil. Karena, menurut saya track tersebut benar benar ekstrim, sangat terjal. Track yang saya lewati adalah berupa akar - akar yang membentuk tangga alami, dan tanah yang dibentuk oleh masyarakat sekitar dan dijadikan tangga. Track tersebut sangat panjang menurut saya. Karena disana tinggal ada Abil dan saya, kami berdua selalu mengigatkan dan saling memberi support agar tidak mudah menyerah. Karena pada saat itu, Abil sedikit putus asa ingin segera menyudahi perjalanan kali ini. Tetapi saya selalu bilang "nggak papa bil lama, nggak papa sedikit - sedikit istirahat, yang penting kita berdua bisa sampe dipuncak. Semangat pokok e". Untuk mengurangi kecemasan Abil, saya selalu sharing ketika sedang istirahat, bagaimana dulu saya pernah diposisinya saat ini, dengan tujuan agar Abil dapat termotivasi dan terus melanjutkan perjalanan kami hingga puncak.

Saat itu saya dan Abil tiba di pos plawangan, waktu sudah menunjukkan malam hari. tetapi kami belum bertemu Lulu dan Dna. Dan kami terus melanjutkan perjalanan, hingga bertemu jalur landai yang menandakan bahwa kami telah sampai pada camping ground. Disanalah kami baru bisa bertemu Lulu dan Dina. Setelah itu, kami berempat langsung mencari tempat yang masih tersedia untuk mendirikan tenda. Saat itu kami menemukan tempat yang sangat pas, karena langsung berhadapan dengan view Gunung Sindoro Sumbing. Saat itu kami bagi - bagi tugas, saya dan Dina mendirikan tenda. Sedangkan Abil dan Lulu menerangi menggunakan senter. Setelah tenda berdiri, kami langsung memasak dan mengisi tenaga kami lagi, setelah itu kami tidur.

Suasana Pagi Hari
Suasana pagi hari seperti foto di atas, sangat indah dan membayar semua perjuangan kami untuk bisa sampai puncak. Kami bangun pukul 5 pagi, dan langsung mengabadikan suasana pagi itu. Kami mengambil foto hingga pukul 7, lalu kami membuat sarapan. Dan problem 3 adalah, tiba - tiba saat pagi hari kami ingin membuat sarapan, kompor yang kami bawa tidak bisa nyala, padahal saat malam kami membuat makanan masih bisa menyala. Dan akhirnya, kami meminjam kompor tetangga untuk memasak. Terima kasih buat mas mas yang saat itu membantu kami haha. Setelah sarapan, kami ngobrol - ngobrol dan langsung memutuskan untuk turun pukul 10 pagi.

Untuk perjalann turun, kami tidak mengalami kesulitan apapun, semua lacar jaya wkwkwk. Dari pendakian kali ini, saya dapat mengambil beberapa pelajaran yang berarti buat saya. Yang tidak dapat saya lupakan detailnya. Pendakian kali ini intinya NIKMAT. 

Lulu - Kintan - Abil - Dina


NB :
1. Jangan lupa bawa sampah turun
2. Dilarang membawa tisu basah
3. Sinyal handphone akan kalian dapat sampai pos plawangan


- SEKIAN -

By : Kintan Mahendrata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FEATURE PERJALANAN

CONTOH FEATURE PERJALANAN

CONTOH ESSAY PUBLIC RELATION ASURANSI ASTRA